Teriakannya yang keras tak terlewatkan oleh seorang pun
yang berjalan di dekatnya. Setiap kali ada yang terdengar langkah kaki
orang melewatinya, pengemis buta itu selalu mengumpat Rasulullah
Muhammad SAW, dan mengatakan Muhammad adalah tukang sihir, orang gila
dan sebagainya.
Pengemis Yahudi buta itu hampir setiap hari di
temani oleh seseorang di sampingnya. Orang tersebut dengan lemah lembut
dan kasih sayang menyuapi pengemis yang hampir tidak pernah berhenti
untuk menghina dan merendahkan Muhammad SAW. Orang tersebut hanya
terdiam saat teriakan makian dan hinaan itu keluar dari mulut Yahudi
buta tersebut. Ia terus menyuapi makanan ke mulut pengemis itu hingga
habis.
Sampai pada suatu hari, si Pengemis Yahudi Buta tidak lagi
ditemani lagi oleh orang yang menyuapinya. Kemudian datanglah orang
lain yang membawakan nasi bungkus untuknya dan menawarkan diri untuk
menyuapinya.
Orang lain yang menawarkan diri untuk menyuapi
pengemis buta yang tidak berhenti merendahkan Muhammad SAW tersebut
adalah sahabat terbaik Rasulullah, Abu Bakar Ash Shiddiq. Hati dan
kepala Abu Bakar mendidih mendengar sumpah serapah pengemis Yahudi
tersebut.
Namun Abu Bakar menahan diri dan berusaha dengan lemah
lembut menawarkan diri untuk memberi makan kepada pengemis buta
tersebut. Namun bukan rasa terimakasih yang di dapat oleh Abu Bakar,
jusru penyangkalan dan hardikan keras dari pengemis tersebut.
“Kau bukan orang yang biasa memberiku makanan,” hardik si pengemis buta.
“Aku orang yang biasa,” kata Abu Bakar.
“Tidak. Kau bukan orang yang biasa ke sini untuk memberiku makanan.
Apabila dia yang datang, maka tak susah tangan ini memegang dan tak
susah mulutku mengunyah. Dia selalu menghaluskan terlebih dahulu makanan
yang akan disuapinya ke mulutku.” Begitulah penyangkalan si pengemis
buta kepada Abu Bakar.
Mendengar perkataan pengemis buta
tersebut, Abu Bakar tak kuasa membendung rasa harunya. Air matanya
tumpah tak tertahankan, dadanya turun naik, Beliau menangis sampai
terisak-isak.
Salah satu sahabat terbaik Nabi Muhammad SAW itupun
berkata, “Memang, benar, Aku bukan orang yang biasa datang membawa
makanan dan memberimu suapan atas makanan itu. Aku memang tidak bisa
selemah lembut orang itu.”
“Ketahuilah bahwa Aku adalah salah
satu sahabat orang yang setiap hari menyuapimu tersebut. Orang yang dulu
biasa ke sini dan memberimu makan dan menyuapimu telah wafat. Aku hanya
ingin melanjutkan amalan yang ditinggalkan orang tersebut, karena Aku
tidak ingin melewatkan satu pun amalannya setelah kepergiannya.”
Si pengemis buta Yahudi tersebut terdiam sejenak dan bertanya kepada Abu
Bakar siapa orang yang selama ini memberinya makan dan juga
menyuapinya.
“Ketahuilah, bahwa Ia adalah Muhammad, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang setiap hari kau hinakan dan
kau rendahkan di depan orang banyak di pasar ini,” jawab Abu Bakar
kepada pengemis buta itu.
Si pengemis Yahudi yang buta itu
tertegun. Tak ada kata kata yang keluar dari mulutnya, namun tampak
bibirnya bergetar. Air mata pengemis buta itu perlahan jatuh membasahi
pipinya yang mulai berkeriput.
Si pengemis buta tersadar, betapa
orang yang selama ini ia hinakan justru memperlakukannya dengan lemah
lembut dan penuh kasih sayang. Ia justru malah merasa lebih hina dari
apapun yang ada di dunia ini.
“Selama ini aku telah menghinanya,
memfitnahnya, bahkan saat Muhammad ada di sampingku sedang menyuapi aku.
Tapi dia tidak pernah memarahiku. Dia malah dengan sabar melembutkan
makanan yang di masukkan ke dalam mulutku. Dia begitu mulia.” Kata
pengemis buta dalam tangisnya.
Pada saat itu juga, Si Pengemis
Yahudi buta bersaksi di hadapan Abu Bakar Ash Shiddiq, mengucapkan dua
kalimat syahadat ‘La ilaha illallah. Muhammadar Rasulullah.’ Si Pengemis
buta memilih memeluk Islam setelah cacian dan sumpah serapahnya kepada
Muhammad SAW dibalas dengan kasih sayang oleh Nabi Akhir Zaman tersebut.
Demikianlah kisah keteladanan Rasulullah Muhammad SAW yang sebaiknya
dicontoh oleh umat Beliau. Semoga kita termasuk orang yang mendapatkan
syafa’at dari Nabi Muhammad SAW di Hari Penghakiman kelak.. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar