Sebenarnya dari awal aku sudah niat untuk tidak nulis tentang Ahok dan kaitannya di pilkada DKI.
Tapi setelah nonton ILC di TV One dan melihat kebringasan ulama akhirnya niat awal itu jadi berubah.
Bahasan tentang Ahok tidak akan pernah berhenti mungkin bahkan saat Ahok sudah tidak bernyawa lagi.
Gubernur DKI yang melanjutkan kepemimpinan Jokowi yang terpilih menjadi Presiden RI ini memang luar biasa. Asu tenan kalau pake bahasaku.
Buat aku Ahok itu fenomenal, terlepas dari caranya yang sering mengundang kontroversi. Mungkin bagi kebanyakan masyarakat Indonesia cara Ahok yang terlalu frontal memang cukup mengagetkan.
Siapapun dilawan, jangankan DPRD, partai yang jadi kendaraannya saja dia tinggalkan. Ini benar-benar anti mainstream.
Tidak heran jika banyak politisi menjadikan Ahok sebagai sasaran tembak apalagi bagi politisi Gerindra.
Bagi mereka Ahok seperti tidak pernah ada nilai plus nya, asal berhubungan dengan Ahok dipastikan salah.
Kebijakan populer seperti menutup diskotik aja masih dinyinyiri sebagai pencitraan, apalagi kalau ada penggusuran.
Kelihatan sekali partai ini tidak lain adalah sekelompok orang sakit hati karena merasa dikhianati kadernya.
Apesnya kader Gerindra yang lantang melawan Ahok sekarang tersandung proses hukum terkait proyek reklamasi, gimana tidak tambah panas. Bagi Gerindra Ahok adalah #1 enemy.
Maka yang terjadi sekarang adalah segala cara akan mereka lakukan untuk menjegal Ahok untuk berkuasa lagi di DKI.
Seperti sudah diduga sebelumnya, mereka pasti akan menggunakan isu SARA. Sosok Ahok sangat seksi untuk ditembak dengan isu ini, dia bukan pemeluk Islam dan dari etnis Tionghoa, pas sekali.
Ingat dong saat Pilpres, Jokowi yang jelas Islam saja difitnah sampai berdarah-darah lewat media bayaran mereka ‘Obor Rakyat’ apalagi Ahok yang sipit dan bukan muslim, (Aku lebih suka memakai istilah bukan muslim daripada non muslim, kalau istilah non muslim kok sepertinya hanya muslim saja yang diakui eksistensinya di negara ini, sementara yang lain hanya sekedar numpang dan jadi obyek penderita).
Gerindra dan PKS seperti duo serigala yang saling melengkapi, aku sendiri heran basis massa yang memilih dua partai narcist ini dari kalangan apa, kecuali PKS yang siapapun tahu bahwa mereka membawa faham wahhabi yang sekarang subur tersemai di negara ini.
Tentu saja partai ini memiliki basis masa yang jelas, Wahhaboys ! Ulamanya sering mengusung isu khilafiah untuk memecah belah umat (ingat Tengku Wisnu saat mengharamkan mengirim al fatihah kpd org yg sdh meninggal). Gampang sekali melabeli bid’ah, sesat dan kafir hanya berdasar terjemahan ayat.
Melihat Prabowo sebagai figur ketumnya mungkin saja fans Gerindra adalah mereka yang bercita-cita melanjutkan hegemoni orde baru yang dikomandani oleh mantan mertuanya.
Ketambahan disitu ada Fadli Zon yang saat Suharto digoyang dia lantang memberikan penolakan. Orde Baru men, masa kegelapan bangsa Indonesia ditindas tirani penguasa dan keluarga serta kroninya.
Kita juga tidak bakalan lupa bagaimana mereka menghire lembaga survey bernama Puskaptis untuk mengelabui masyarakat seolah merekalah pemenang Pilpres 2014, diantara lembaga survey yang lain Puskaptis merelease hasil Prabowo sebagai pemenang pilpres, tapi setelah diminta konfirmasi tentang metode dan data survey mereka menghilang, untuk menutupi jejak penghire tentu saja !!
Begitulah, fitnah dan tipu daya sudah jadi jargon politik dua sejoli ini untuk berkuasa. Sampai ada sebuah satire di kalangan netizen, lebih baik di cap sebagai kader PKI daripada dituduh sebagai kader PKS.
Statemen Ahok tentang Al Maidah 51 tentu saja menjadi konsumsi yang sangat empuk.
Sebenernya asal keluarnya ayat ini sendiri juga dari pihak mereka sebagai justifikasi pelarangan memilih orang yang bukan dari golongannya untuk dijadikan pemimpin (terjemahan awliya=pemimpin ini hanya ada dlm versi bahasa Indonesia).
Ndilalahnya Ahok bereaksi, orang waras pasti mahfum apa yang dinyatakan Ahok pasti bukan untuk melecehkan ayat apalagi agama.
Bagi yang berkepentingan terhadap pilkada ya jelas ini jadi konsumsi, didukung lagi oleh wahaboys yang dari jidatnya aja sudah terlihat anti toleransi dan pluralisme.
Disela kekisruhan ini muncullah MUI, taraaaaa… Lembaga bentukan pemerintah yang sampai hari ini gak jelas maksud dan tujuannya kecuali sebagai lembaga pemberi stempel halal yang dihuni oleh orang-orang yang paling merasa suci dunia akhirat !!
Dan setelah melakukan tabayun dengan logika bodoh mereka, kemudian memberikan fatwa bahwa Ahok bersalah, aku katakan tabayun logika bodoh karena proses tabayun tidak melibatkan Ahok sebagai obyek nya.
Ini lebih wahabi dari yang paling wahabi. Bahkan setelah Ahok meminta maaf masih saja dikejar niat dan motif minta maafnya. Pekok nggak sih ? Iki ulama cap uooopooohhh ??
Semoga, ya semoga saja sengatan yang diucapkan Nusron Wahid dalam forum itu bisa menjadi pelajaran bagi manusia-manusia seperti Dani, Fadli, Tengku Zulkarnain dan ulama-ulama yang haus darah.
“Seringnya konflik yang terjadi di dalam agama Islam ini karena salah paham dan paham yang salah” !!! kata nusron wahid
Bahwa kebenaran hanyalah milik Tuhan, bukan milik segelintir ulama di MUI. Bahwa niat yang ada didalam hati hanya bisa diketahui oleh si empunya niat dan Tuhan.
Jadi bego aja kalau ada orang yang mau menyelidiki niat, memangnya dia apanya Tuhan ??
Sekian.
Sumber : http://www.ceritanews.com/2016/10/usai-nonton-ilc-tulisan-alfauzan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar