Hari ini adalah hari pendidikan Nasional, lahirnya hari pendidikan
nasional ini dilatar belakangi oleh komitmen bangsa Indonesia dalam
membangun anak bangsa yang memiliki kecerdasan manusia Indonesia yang
berkarakter (character national building), seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 (preambule) tujuan Indonesia merdeka adalah :
- melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
- untuk memajukan kesejahteraan umum,
- mencerdaskan kehidupan bangsa,
- melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
Salah satu tujuan bangsa Indonesia merdeka adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa, sementara mencerdaskan atau kecerdasan itu hanya bisa
dicapai dengan pendidikan, karenanya pendidikan menjadi sangat penting
bagi bangsa indonesia dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan. Selain
untuk mencerdaskan, pendidikan adalah modal dasar bagi manusia
Indonesia, karena pendidikan adalah jalan manusia untuk menjadi
pemimpin, baik untuk dirinya, masyarakat dan bangsa Indonesia.
Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional pernah mengatakan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”
yang artinya seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi
orang-orang di sekitarnya. Poin penting yang harus dipegang teguh oleh
seseorang adalah suri tauladan; seorang pemimpin harus mampu memberikan
semangat dan menggugah jiwa bangsa. Lantas pendidikan seperti apa yang
diberikan oleh negara sebagai upaya menjaga keberlangsungan dalam hidup
berbangsa dan bernegara?
Pertanyaan ini penting untuk terus diajukan, mengingat setalah 71
tahun Indonesia merdeka sejak 17 agustus 1945, berbagai macam
pemikiran, falsafah dan ideologi asing mencoba masuk ke negeri ini dalam
rangka mempengaruhi masyarakat Indonesia. Sebut saja sosialisme,
komunisme, materialisme, fundamentalisme, bahkan atheism. Pemikiran dan
ideologi ini pun sudah sampai ke ranah pergerakan nasional, peristiwa
politik yang terbesar, misalnya gerakan komunisme tahun 1965, menjadi
sejarah kelam perjalanan Indonesia merdeka, atau tentang sejarah DII/TII
pada 7 Agustus 1949 yang merupakan sebuah gerakan yang mencoba
membentuk negara Islam menggantikan demokrasi pancasila, rongrongan
ideologi dan pemikiran impor mencoba menggerus watak asli bangsa
Indonesia, pemikiran radikalisme, khilafahisme, fundamentalisme dan
komunisme.
Karenanya tidak ada pilihan lain untuk mencerdaskan bangsa ini selain
dengan kembali ke Pancasila. Garuda adalah gambaran dari sifat yang
dinamis, gagah perkasa, serta mampu dan berani untuk secara mandiri
mengarungi luasnya angkasa. Pancasila dalam lambang pendidikan nasional
jelas menjadi pengikat pedoman dasar dalam membentuk karakter national,
kepribadian nasional, dan juga watak nasional. Melalui pancasila, bangsa
Indonesia diarahkan untuk memiliki watak dan karakter yang sesuai
dengan cita-cita pada founding fathers bangsa Indonesia, yakni
terbentuknya anak bangsa yang berketuhanan, meyakini dan menjalani agama
atau keyakinan yang dianut dengan benar.
Manusia Indonesia juga diarahkan untuk memiliki jiwa kemanusiaan yang
adil dan beradab, yakni tidak bersikap egois terhadap kelompoknya atau
agama yang dianutnya, tidak merasa paling benar sendiri, tidak toleran
dan tidak menghargai perbedaan. Pendidikan yang sesuai dengan pancasila
juga mampu membentuk watak anak bangsa yang mencintai persatuan, seperti
slogan bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetap satu
jua. bersatu dengan cara menghargai perbedaan, bersatu untuk mengakui
perbedaan sebagai kekuatan bangsa.
Pendidikan pancasilais juga mampu melahirkan sifat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah, yakni pemikiran, pengetahuan atau pendapat yang
baik. Tujuan terutama dari sebuah pendidikan sebagaimana diarahkan oleh
pancasila adalah untuk mencapai keadilan. Adil berarti mampu menempatkan
sesuatu pada tempatnya, mengerti betul perbedaan antara hak dan
kewajiban, serta adil untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik dan
sejahtera.
Hal ini sekaligus untuk menegaskan bahwa Pancasila telah begitu
lengkap untuk digunakan sebagai panduan membangun Indonesia. Negeri ini
tidak butuh lagi paham-paham lain yang bergemuruh dengan mimpi, dengan
pancasila kita bisa bangun Indonesia.
Sumber : http://jalandamai.org/2987.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar