Majelis Ulama Indonesia (MUI) wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT)
mendukung penuh aksi pelucutan simbol-simbol Partai Komunis Indonesia
(PKI) oleh aparat Kepolisian dan TNI, guna mencegah hidupnya kembali
komunis di Indonesia.
"Tindakan aparat keamanan untuk melucuti simbol-simbol PKI itu sudah
benar, karena berusaha untuk mencegah hidupnya kembali paham komunis di
Indonesia," kata Ketua MUI NTT, Abdul Kadir Makarim, Kamis (19/5/2016).
Menurut dia, munculnya simbol-simbol PKI seperti palu arit belakangan
ini, hanya membuat luka dan dendam korban kekejaman PKI kembali
terusik. "Kekejaman PKI jangan hanya dilihat pada peristiwa G30S/PKI
dengan tragedi pembunuhan para jenderal TNI-AD itu saja, tetapi harus
dilihat secara utuh mulai dari tahun 1948," ujarnya.
Ia mengatakan, misi utama PKI adalah mengganti ideologi Pancasila
dengan Komunis. "Ini yang tidak dikehendaki oleh semua anak bangsa yang
telah menjadikan Pancasila sabagai dasar negara dan ideologi bangsa,"
tuturnya.
Menurut dia, munculnya simbol-simbol PKI maupun buku-buku berbau
komunis belakangan ini menjadi sebuah indikasi akan usaha kebangkitan
kembali PKI di Indonesia. Atas dasar itu, tindakan pelucutan dan
penyitaan terhadap buku-buku yang berbau komunis oleh aparat keamanan,
harus didukung, meski masih menimbulkan pro dan kontra di tengah
masyarakat.
Makarim menambahkan, tindakan yang dilakukan oleh aparat keamanan itu
atas perintah UU yang melarang beredarnya paham komunis di Indonesia,
meski dinilai kalangan intelektual bertentangan dengan UUD 1945 dan UU
Nomor 9 Tahun 1998 yang mengatur tentang kebebasan menyampaikan
pendapat.
Sementara, Antropolog budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira
(Unwira) Kupang, Pater Gregorius Neunbasu, mengimbau semua elemen bangsa
untuk mewaspadai munculnya kembali paham-paham komunisme di tengah
masyarakat yang mulai marak belakangan ini.
"Untuk hidupnya kembali PKI di bumi pertiwi ini rasanya tidak
mungkin, namun penyebaran paham-paham komunisme dan sejenisnya harus
diwaspadai, karena hanya akan membuka luka lama terhadap kekejaman PKI
pada masa itu," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar