JAKARTA - Kebangkitan Nasional yang ditandai
dengan lahirnya organisasi pemuda Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 menjadi
tonggak sejarah bagi Indonesia dalam menguasahakan kemerdekaan. Sebagai
bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para pejuang bangsa tersebut,
hingga saat ini momen 20 Mei rutin diperingati dengan upacara bendera
oleh para pelajar maupun berbagai lembaga di Tanah Air.
Kepala Seksi Penyajian dan Layanan Edukasi Museum Kebangkitan
Nasional (Muskitnas), Sujiman mengatakan, peran generasi muda Indonesia
saat ini sebenarnya sama seperti pemuda-pemuda di zaman perjuangan
kemerdekaan bangsa dulu. Menurut dia, pemuda adalah pendobrak yang
menjadi tulang punggung suatu negara.
"Setiap perjuangan, baik dulu maupun sekarang itu oleh para pemuda.
Semangat mereka yang menggebu itulah yang membuat cita-cita mereka
terwujud," tuturnya ditemui Okezone sembari menjelaskan sejarah Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas), Jakarta, baru-baru ini.
Pria yang juga menjadi guru sejarah di SMK Bina Darma DKI Jakarta itu
menjelaskan, perubahan benar-benar tampak adalah kecanggihan teknologi.
Hal tersebut membuat tantangan yang dihadapi pemuda sekarang dan dulu
berbeda. Menurut dia, justru generasi muda sekarang lebih menanggung
beban yang berat.
"Sekarang tantangannya lebih luas karena globalisasi. Sayangnya
semangat pemuda sekarang tidak seperti zaman dulu, terutama dari segi
integritas. Bayangkan, dengan fasilitas yang ada saat ini, para pelajar
masih mencontek saat ulangan. Kalau dulu mungkin karena guru galak-galak
sehingga siswa juga takut melakukan kesalahan," paparnya.
Di masa pergerakan nasional, para pemuda hanya berpikir
bagaimana cara agar Indonesia merdeka. Taruhannya, lanjut dia, adalah
antara hidup dan mati. Sedangkan sekarang, tantangannya adalah apakah
mereka mampu bersaing atau tidak.
"Dulu misalnya musuhnya hanya penjajah, tetapi sekarang adalah semua negara," sebutnya.
Sebagai salah satu orang yang peduli dengan sejarah, Sujiman
menyayangkan sulit menemukan pemimpin yang mampu menjadi contoh dan
teladan di era sekarang. Bagaimana tidak, para pemimpin yang sebagian
dari kalangan muda tak jarang melakukan tindakan korupsi atau narkoba.
Padahal, seharusnya tugas mereka adalah sebagai panutan bagi masyarakat
luas.
"Seharusnya pemimpin itu menjadi contoh. Kalau dulu zaman perjuangan pemimpin itu tugasnya ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Nah, itulah yang harus diperbaiki," terangnya.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional, imbuh dia, memasuki usia
ke-108. Dia berharap, para generasi muda dapat memaknai hari bersejarah
tersebut sebagai semangat baru untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Menurut dia, maju dan besarnya suatu bangsa bergantung pada para
pemudanya.
"Mari kita belajar masa lalu, masa kini, dan masa depan. Kalau kita
lupa sejarah, maka peristiwa terdahulu akan terulang lagi karena kita
tidak belajar dari kejadian sebelumnya," pungkasnya.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2016/05/19/65/1392956/memaknai-kebangkitan-nasional-di-era-globalisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar